Senin, 19 April 2021

KISAH LAKI-LAKI YANG TIDAK TAHU HARUS BAGAIMANA KETIKA TEMAN PEREMPUANNYA MENANGIS.

Waktu itu hujan deras. di luar sana, air berebut jatuh ke permukaan dari kumpulan awan hitam yang menggumpal. Sedangkan di dalam ruangan, air juga turut berebut jatuh ke permukaan dari sebuah awan hitam yang menggumpal dari dalam kepalamu.

Waktu itu aku tahu bahwa kamu sedang tidak baik-baik saja. Dari awal perjumpaan, sapaan mu yang tidak ramah malam ini bertambah menjadi tidak menyenangkan. Seseorang sudah membuat mu emosi, batinku.

Tapi nyatanya, aku tetap mencoba bertegur sapa denganmu. Berharap suasana menjadi hangat di tengah-tengah diginnya hujan. Nyatanya usahaku gagal.

Aku tidak ambil pusing. Aku terpaku di depan komputer. Mencoba fokus dengan pekerjaan. Mencoba menuntaskan tugas agar istirahatku damai dan tenteram.

Kemudian kamu masuk ke dalam ruangan yang sama denganku. Mengambil kursi untuk duduk di sebelahku, lalu menangis.

Waktu itu kamu benar-benar menangis. Seakan sedang ingin beradu dengan hujan di luar sana.Tapi nyatanya tangis mu adalah tangis emosi. Tidak ada adem-ademnya sama sekali.

“kamu kenapa?” tanyaku.

Kamu menangis.

“kena apa?”

Kamu masih menangis

“disakiti siapa?”

Kamu menangis, tapi sesenggukan.

mbok kalau ada apa-apa cerita”

Kamu lalu menangis lagi

“berantem sama siapa?”

Kamu menangis lagi, tapi makin kencang.

yaudah nangis aja dulu”

Tangisanmu masih kencang.

“Jadi, siapa yang menyakitimu?”

Tangis mu makin kencang

duh, mana aku tahu kalau kamu ga cerita?”

“aku…”, katamu terbata-bata, “…habis…”

“kenapa lagi? Berantem, apa, disakiti lebih buruk?” selaku

Kamu lebih memilih untuk menangis ketimbang melanjutkan kalimatmu barusan

yowes, nangis aja”

“air mata kadang mampu meluapkan segalanya”

“menangislah. Sesukamu. Tapi jangan teriak-teriak, nanti kita yang repot.” Kataku melanjutkan.

Sedang kamu masih menangis. Sesekali tersedu-sedu, tapi lebih sering menjerit. Jerit yang tertahan. sebab kamu sadar jeritanmu itu bisa menimbulkan resiko.

“ayo menangis. Yang kenceng dong”

“ayo nangis aja. Nangis saja. Gapapa terusin aja

“ayo nangis! Luapin semua.”

“wajar kok kamu nangis. Udah ga kuat kan?”

Kamu terus menangis. Sampai pulang.

Yogyakarta, 18 April 2021