Minggu, 28 Mei 2017

AYU UTAMI DALAM PERGULATAN FEMINIS DI INDONESIA



Sastra di  Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dari tahun ke tahun, jumlah karya yang diterbitkan berlipat ganda. Pengarang-pengarang baru pun mulai bermunculan.  mereka memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Setiap pengarang pun memiliki gaya kepenulisannya yang khas hingga mampu memikat hati para pembaca setianya. 

Perjalanan sastra Indonesia turut diwarnai dengan hadirnya sosok-sosok penulis dari kalangan perempuan. Tercata, para penulis perempuan tersebut sudah mulai berkarya sejak zaman perjuangan. sebut saja … dengan karya… hingga zaman sekarang. Karya yang mereka hasilkan memuat topic yang beragam, rata-rata mengangkat isu perempuan dalam kehidupan social masyarakat. Penulis wanita tersebut melakukannya dengan cara mereka masing-masing.

Dari sekian banyak penulis wanita yang gigih memperjuangkan hak kaumnya, maka Ayu Utami patut untuk diberi perhatian lebih.  Perempuan yang lahir tahun 1968 ini dulunya merupakan  seorang jurnalis dan pendiri Aliansi Jurnalis Independen. Lulusan Fakultas Sastra Universitas Indonesia ini terkenal karena karya-karyanya mengenai perempuan.

Ayu memiliki 8 karya berbentuk novel. Dari kedelapan novel tersebut, Saman merupakan karya Ayu yang paling terkenal. Betapa tidak, novel yang terbit beberapa hari setelah orde baru tumbang itu mengguncang rakyat Indonesia karena isinya yang lain dari novel pada umumnya.

Orang awam yang membaca novel Saman pasti akan menggelengkan kepala karena banyak sekali perbuatan seksual dan penuh kata-kata kelamin disitu. Gaya kepenulisan ayu utami memang sangat vulgar dan blak-blakan. Orang awam pun mencap karya Ayu tidak etis dan merusak moral. Reaksi yang seperti itu menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih menganggap seks adalah hal yang tabu untuk dibahas. Padahal, dalam novel tersebut terdapat makna yang sangat dalam. Hal ini sejalan dengan pendapat bahwa sebuah teks hanya dapat bermakna setelah teks tersebut dibaca (Iser dalam sugihastuti 2002:19)

Hadirnya novel “Saman” di era awal reformasi seperti membuka wawasan pengetahuan rakyat Indonesia akan pentingnya peran wanita selama ini. Era reformasi menjadi titik awal perubahan yang terjadi di Indonesia. Bagai pintu bendugan yang dibuka semua, Arus Informasi dan segala macam hal masuk tanpa bisa dibendung lagi. apa yang selama ini terbatas untuk didapatkan karena reformasi mampu merasuk ke dalam pemikirisan setiap individu, termasuk pemahaman dari barat.

paham feminism menjadi salah satu paham yang masuk ke Indonesia. paham yang menginginkan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan ini menyebar begitu massif di bumi nusantara. individu yang tercerahkan karena paham itu sadar ternyata posisi wanita di negeri ini selalu tertindas dan tereksploitasi oleh system patriarkat. feminism menawarkan berbagai analisis mengenai penyebab, pelaku dari penindasan perempuan (Humm dalam Wiyatmi, 2015:6)

Dalam setiap karyanya, Ayu mencoba menunjukkan kepada masyarakat bahwa hubungan laki-laki dan perempuan tidak semata terbatas pada hubungan biologis saja. Perempuan selama ini dianggap hanya patut berkutat di lingkup domestic saja. Pekerjaan-pekerjaan public yang konon membutuhkan tenaga lebih hanya bisa dilakukan oleh laki-laki. Perempuan bergerak untuk memperjuangkan hak sesamanya.
 
kegigihan ayu utami dalam melawan hegemoni system patriarkat yang mengakar kuat di Indonesia tergambar dalam karya yang dikeluarkannya. Tokoh-tokohnya digambarkan sebagai sosok wanita mandiri yang mampu menjadi sosok yang lebih dari laki-laki.

Dalam novel “Parasit Lajang” misalnya, Ayu Utami memposisikan tokoh utama dalam novelnya sebagai perempuan yang mandiri. Dalam novel itu si wanita menjadi sosok yang mampu lebih dari laki-laki. Novel yang mengambil latar waktu akhir era orde baru semakin menunjukkan bahwa di  zaman pemerintahan yang terkenal otoriter tersebut, seorang wanita mampu memimpin gerakan literasi di bawah permukaan. Diskusi mengenai masalah HAM hingga yang paling tabu sekalipun dipimpin si wanita tanpa rasa malu dan takut.
 
Ayu utami mencoba menggugah kesadaran kita. Kondisi perempuan Indonesia sedang dalam keadaan penuh dilemma. Diskriminasi diterima perempuan Indonesia setiap hari. Intimidasi terhadap perempuan terus terjadi tanpa pandang bulu. Lingkungan social Indonesia belum sadar gender.  

Terlepas dari kontroversi yang ada, karya Ayu patut diperhitungkan dalam kancah kesusastraan di Indonesia. Kegigihannya dalam membawakan isu feminism di setiap karyanya memberi warna tersendiri. Semoga Ayu Utami tetap konsisten dalam memperjuangkan hak kaumnya dan gerak langkahnya mampu menginspirasi perempuan Indonesia lainnya.
 
***( AL )***

Referensi:
Sugihastui. 2002. Kritik Sastra Feminis.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wiyatmi. 2015. Kritik Sastra Indonesia. Yogyakarta: Interlude.