Senin, 21 Juni 2021

Berkunjung ke Sendang Sombomerti



Tamasya dadakan selalu menyenangkan di satu sisi dan merepotkan di sisi lain. Tanpa persiapan dan langsung bertamasya, padahal belum cek dan ricek kondisi lokasi tujuan sehingga kenyataan kadang tidak sebanding dengan harapan. Tapi, gapapa, setidaknya sekali dalam bulan-bulan yang mbuh ini, saya pernah bertamasya.

Sore hari saya habiskan menuju ke sebuah sendang. Motor saya ajak menuju ke daerah pinggiran Kota Jogja, tepatnya di Dusun Sombomerten, Kelurahan Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. Di dusun ini, terdapat sebuah mata air yang oleh warga setempat dinamai Sendang Sombomerti.

Sendang sombomerti sudah lama digunakan warga sekitar untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Baru tahun kemarin, sendang ini menjadi objek wisata. Warga bahu membahu membuat sendang ini layak dan nyaman untuk dikunjungi.

Kalian akan memulai perjalanan dari lapangan parkir yang cukup luas. Saat itu saya hanya diminta uang 2 ribu saja untuk parker, maklum, Cuma bawa Honda Vario. Mungkin akan beda cerita kalau saya bawa Honda Jazz. Oke lanjut. jalan menuju sendang sangat curam. Beton cor menjadi satu-satunya akses masuk. Sayang, tidak ada tangga yang landai atau pegangan tangan untuk menahan laju tubuh. Kekuatan lutut dan otot kaki menjadi satu-satunya cara untuk turun dan naik kembali dengan selamat. 

Tiket masuk seharga 3 ribu rupiah. Tergolong murah untuk masyarakat berbagai golongan. Uang tersebut akan masuk ke kas dusun dan dikelola secara swadaya untuk menghidupi objek wisata dan wwarga sekitar. Sendang tersebut oleh warga diberi beragam fasilitas mulai dari kolam renang khusus dewasa dan anak-anak, mushola untuk umat muslim, tempat terapi ikan, kedai makanan dan minuman, hingga pos penjaga yang berada di tiap sisi sehingga pengunjung bisa berwisata dengan aman.

Hamba kaget Ketika tahu di kota jogja yang padat masih ada sumber mata air. Airnya jernih, mengalir deras pula. Sumber mata air itu juga menjadi sumber pekerjaan warga dengan membuka tambak ikan. Saat daku berkeliling, terlihat di dalam kolam banyak ikan mas, nila, lele, dan gabus berenang kesana kemari. Terdapat kolam pemijahan untuk membantu kembang biak ikan. Mantap betul warga dusun ini, batinku.

Yah, meskipun tamasya dadakan, setidaknya hari ini saya mendapatkan banyak hal baru. Bahwa di jogja yang padat, masih ada warga desa yang berusaha mati-matian menjaga kemurnian sumber mata airnya. Bahwa Ketika banyak yang mengeksploitasi alam untuk keuntungannya pribadi, ada masyarakat yang memanfaatkan kebaikan alam untuk menghidupi sesamanya.

Tamasya yang menyenangkan 😊

Sholahuddin Al Ayubi

Yogyakarta, 21 Juni 2021

Senin, 19 April 2021

KISAH LAKI-LAKI YANG TIDAK TAHU HARUS BAGAIMANA KETIKA TEMAN PEREMPUANNYA MENANGIS.

Waktu itu hujan deras. di luar sana, air berebut jatuh ke permukaan dari kumpulan awan hitam yang menggumpal. Sedangkan di dalam ruangan, air juga turut berebut jatuh ke permukaan dari sebuah awan hitam yang menggumpal dari dalam kepalamu.

Waktu itu aku tahu bahwa kamu sedang tidak baik-baik saja. Dari awal perjumpaan, sapaan mu yang tidak ramah malam ini bertambah menjadi tidak menyenangkan. Seseorang sudah membuat mu emosi, batinku.

Tapi nyatanya, aku tetap mencoba bertegur sapa denganmu. Berharap suasana menjadi hangat di tengah-tengah diginnya hujan. Nyatanya usahaku gagal.

Aku tidak ambil pusing. Aku terpaku di depan komputer. Mencoba fokus dengan pekerjaan. Mencoba menuntaskan tugas agar istirahatku damai dan tenteram.

Kemudian kamu masuk ke dalam ruangan yang sama denganku. Mengambil kursi untuk duduk di sebelahku, lalu menangis.

Waktu itu kamu benar-benar menangis. Seakan sedang ingin beradu dengan hujan di luar sana.Tapi nyatanya tangis mu adalah tangis emosi. Tidak ada adem-ademnya sama sekali.

“kamu kenapa?” tanyaku.

Kamu menangis.

“kena apa?”

Kamu masih menangis

“disakiti siapa?”

Kamu menangis, tapi sesenggukan.

mbok kalau ada apa-apa cerita”

Kamu lalu menangis lagi

“berantem sama siapa?”

Kamu menangis lagi, tapi makin kencang.

yaudah nangis aja dulu”

Tangisanmu masih kencang.

“Jadi, siapa yang menyakitimu?”

Tangis mu makin kencang

duh, mana aku tahu kalau kamu ga cerita?”

“aku…”, katamu terbata-bata, “…habis…”

“kenapa lagi? Berantem, apa, disakiti lebih buruk?” selaku

Kamu lebih memilih untuk menangis ketimbang melanjutkan kalimatmu barusan

yowes, nangis aja”

“air mata kadang mampu meluapkan segalanya”

“menangislah. Sesukamu. Tapi jangan teriak-teriak, nanti kita yang repot.” Kataku melanjutkan.

Sedang kamu masih menangis. Sesekali tersedu-sedu, tapi lebih sering menjerit. Jerit yang tertahan. sebab kamu sadar jeritanmu itu bisa menimbulkan resiko.

“ayo menangis. Yang kenceng dong”

“ayo nangis aja. Nangis saja. Gapapa terusin aja

“ayo nangis! Luapin semua.”

“wajar kok kamu nangis. Udah ga kuat kan?”

Kamu terus menangis. Sampai pulang.

Yogyakarta, 18 April 2021

Rabu, 31 Maret 2021

Draft surat cinta percobaan pertama.

Aku menulis surat ini tengah malam. Tepat pukul 1 dini hari jika kamu penasaran akan detail waktunya. Tapi, biarlah aku mengucapkan selamat pagi sebab aku tahu kamu membaca ini di pagi hari. atau siang. Atau malam. atau bahkan malah ketika kamu sedang benar-benar niat membaca surat ini entah disaat apa.

Pertama, Aku ingin menanyakan kabarmu. Sebab bagiku, menanyakan kabar adalah cara paling gamblang dalam mengetahui keadaan seseorang meski setiap hari story mu muncul paling kiri. Btw, Story mu terlihat selalu bahagia. Sangat bahagia. Tapi, kebahagiaan itu justru membuatku ingin mengulik lebih jauh keadaanmu. Bahwa, benar, mengetahui keadaanmu adalah sebuah keharusan, bagiku. Sebab aku, mencoba, apa ya, peduli padamu mungkin?

Kedua, aku ingin menyampaikan bahwa hari ini, kemarin, dan sampai satu hingga dua bulan ke depan aku akan sangat sangat sibuk. Kamu tahu, kegiatan sehari-hari yang mengharuskanku menemui banyak orang, berpindah dari satu rapat ke rapat lain, menyetujui dan menolak banyak hal, hingga menuntaskan janji ini itu membuatku sulit untuk sekadar duduk bersamamu. Maafkan aku. Sungguh. Tapi semoga kamu mau memahaminya, atau malah kamu kelewat paham sehingga ketika kamu membaca surat ini aku sudah bisa menduga balasannya.

Bahwa selanjutnya kamu akan menyemangatiku. Entah dengan membalas surat ini, menyematkan akunku dalam storymu, atau mengabarkan hal-hal lucu dan penting yang ada di social media demi menghiburku yang sedang penat. Aku sungguh menghargai apapun itu, tapi aku harap kamu melakukan salah satu diantara 3 dugaan diatas agar aku tidak malu-malu amat karena sudah bertindak layaknya cenayang. Berani meramal dan menduga-duga.  

Sudah ya, itu saja. Semoga kamu baik-baik saja. Terima kasih sudah mau menjadi orang yang kukirim surat cinta. Surat cinta yang kutulis pertama kali. Aku tidak tahu apakah ini akan terbaca olehmu atau tidak karena sejak dari menulis paragraf pertama, aku sudah berniat tidak mengirimkannya karena aku tidak mau menduga bahwa kamu akan mau menerima surat ini.  

Begitulah.

Yogyakarta, 31 Maret 2021.

ditulis oleh Sholahuddin Al Ayubi untuk kamu.