Minggu, 21 Mei 2017

MUDAH SAJA



Mudah Saja 

Syahdan, tepat dibulan ini aku lulus. Usai sudah perjalananku selama 3 tahun dalam balutan seragam putih-biru. Banyak pengalaman yang aku dapatkan. Terselip beberapa kisah istimewa diantara sekian banyak peristiwa yang aku alami selama berseragam SMA.

Secara keseluruhan, semua peristiwa yang aku alami itu memiliki makna tersendiri. Tapi kalau boleh aku memilih mana yang terbaik, maka dengan senang hati aku akan memilih pengalamanku ketika menjadi santri di salah satu perguruan muhammadiyah yang paling awal didirikan kh ahmad dahlan dan secara resmi diakui oleh pemerintah colonial belanda pada saat itu..

Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta, itulah Nama resmi sekolahku. Karena rumit dan terlalu panjang, orang biasanya cukup menyebutnya dengan sebutan Mu'allimin atau Muin, atau M3in (baca : emgain). Terletak di Jl. Let. Jen. S. Parman No. 68, Ketanggungan, Wirobrajan, Yogyakarta 55012. Sekitar 3 km dari nol kilometer (pusat kota Yogyakarta).

Sekolah yang berdiri sejak tahun 1920 ini pada awalnya didirikan untuk mencetak guru sesuai dengan namanya, Muallimin. Tapi seiring perkembangan zaman, sekolah ini ditetapkan sebagai pusat pendidikan kader muhammadiyah. Madrasah Muallimin yang menganut konsep pondok pesantren dengan jenjang pedidikan 6 tahun mulai dari MTS sampai MA ini telah mencetak banyak kader muhammadiyah, sebagai contoh Buya Syafii Maarif.

Yah walaupun aku tidak berhasil menuntaskan masa baktiku di muallimin selama 6 tahun, aku mendapat banyak sekali pelajaran, bukan hanya pelajaran formal yang diajarkan di ruang kelas saja, melainkan pelajaran tentang kehidupan yang ditularkan melalui tutur kata maupun perilaku ustad-ustadku di madrasah. 

Ah, Aku jadi teringat sebuah kisah, bukan kisah sebenarnya, sebut saja sebuah inspirasi dari pondok pesantren yang aku banggakan ini. Ada salah seorang pegawai di madrasah yang sangat aku kagumi, pak arini, begitu biasanya warga sekolah memanggil beliau. Selama bersekolah di muallimin, aku tidak pernah tahu siapa nama lengkap beliau beserta alamatnya. Aku  lebih suka memanggil beliau dengan panggilan ustad. Walau bukan guru, tampilan luar beliau lebih menunjukkan beliau sebagai guru, guru yang sangat bersahaja.

Beliau bekerja sebagai kepala tata usaha di muallimin. Beliau ini dikenal sebagai orang yang santun lagi ramah. Beliau termasuk pegawai yang ulet dalam bekerja.

Ada satu kebiasaan beliau yang sudah dipahami betul oleh seluruh warga sekolah. Yaitu ketika jarum jam menunjukkan angka 9, maka sudah bisa dipastikan beliau keluar dari ruang kerjanya dan langsung menuju ke masjid untuk mendirikan sholat dhuha.

Nah disinilah letak keistimewaan ustad arini, ketika selesai sholat dan berdzikir, beliau tidak langsung beranjak dari masjid, akan tetapi beliau bangkit untuk membersihkan masjid. Yaa membersihkan masjid dengan tangan beliau sendiri. Sering beliau membungkukkan badan, berjongkok untuk mengambil remah-remah kecil yang terdapat di sajadah. Tidak sungkan membersihkan sarang laba-laba yang menggantung di sudut ruangan, dan tidak sungkan membersihkan tempat wudhu yang kotor. 

Keteladan itu tidak hanya berhenti sampai situ, saat kembali ke ruang kerjanya, ketika melihat ada daun maupun sampah plastic yang tercecer di lingkungan madrasah pun beliau tidak sungkan untuk memungutnya dengan tangan dan memasukkan nya ke dalam tempat sampah.   

Subhanallah, betapa mulia perbuatan yang beliau lakukan. Sering aku memergoki beliau melakukan itu semua tanpa terlihat malu di raut mukanya. Beliau tidak sungkan untuk melakukannya seorang diri, padahal beliau bisa menyuruh tenaga kebersihan sekolah untuk melakukannya. 

Semenjak melihat kebiasaan beliau tersebut, hatiku tergugah. Bahwa memang kita ini disebut sebagai khalifah fil ard, dianggap sebagai ciptaan allah yang paling sempurna, karena memang dengan akal yang diberikan allah inilah kita mampu menggerakkan anggota tubuh kita, mampu membedakan mana yang baik dan buruk, dan dengan itu semua kita bisa mencegah kemungkaran dan merawat bumi allah ini agar selalu lestari.

Hey kawan lihatlah sekitarmu, lihatlah sekelilingmu. Allah telah memberikan alam yang begitu indah kepada kita hingga orang-orang asing iri kepada pesona alam negeri kita.  Kepingan surga yang jatuh kedunia ini bisa menjadi daya tarik untuk mengangkat derajat bangsa kita dari berbagai sisi. Sayang, terkadang kita sampai lupa diri untuk merawatnya karena saking seringnya menceburkan diri kita dalam kesenangan. Padahal jika kita kehilangan itu, kita baru sadar bahwa itu hal yang sangat istimewa.

Ketika semua hal itu terjadi, mendadak semua orang kompak bersuara. Ribut sekali. Kompak mengucap koor senada atas kerusakan alam yang terjadi akibat sampah yang ditinggalkan manusia.

Cukuplah semua dimulai dari kita sendiri, asah kepekaan social kita. Cegah kemungkaran itudengan anggota gerak yang allah berikan kepada kita. Bukankah nabi pernah bersabda: “Barangsiapa di kalangan kamu melihat kemungkaran hendaklah mengubah dengan tangannya, jika tidak mampu, maka dengan lidahnya dan jika tidak mampu, maka dengan hatinya dan demikian itu adalah selemah-lemah iman.”
 
Sebenarnya, sudah sering kita dengar berbagai slogan tentang pentingnya menjaga kebersihan, Segala upaya sudah dilakukan agar keadaan kembali seperti yang diinginkan. Apa pun itu caranya, untuk mengubahnya. Entah itu Melalui poster, video kreatif, konser amal, dan berbagai kegiatan social telainnya. namun semua itu belum mampu mewujudkan mimpi untuk benar-benar terbebas dari sampah.

Rencana Indonesia bebas sampah tahun 2020 agaknya bukanlah omong kosong belaka. Program yang diinisiasi oleh kementerian lingkungan hidup pada awal februari kemarin mendapat respon yang positif dari seluruh masyarakat. Banyak LSM yang bersedia mengawal program tersebut dan semakin gencar pula kampanya akan penting menjaga lingkungan dari sampah. 

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah mulai sadar dan ikut tergerak untuk membebaskan lingkungannya dari sampah. Tidak usahlah kita saling menyalahkan, apalagi menunggu pemerintah untuk segera menangani berbagai persoalan sampah di negeri ini seorang diri. Ayo kita gerakkah diri kita, menjadikan diri kita sebagai teladan. Biasakan diri kita untuk mulai membuang sampah pada tempatnya, memungut sampah yang tercecer dengan tangan kita sendiri, atau mengubahnya menjadi barang yang berharga. Ketika semua hal itu sudah menjadi kebiasaan kita, maka setiap orang yang melihat ke diri kita akan tersugesti dan ikut tergerak. 

Jadi, apa perlu alasan lagi untuk menunda berbuat baik ? Ayo Bergerak !!
---[Al]---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar