Tamasya
dadakan selalu menyenangkan di satu sisi dan merepotkan di sisi lain. Tanpa
persiapan dan langsung bertamasya, padahal belum cek dan ricek kondisi lokasi
tujuan sehingga kenyataan kadang tidak sebanding dengan harapan. Tapi, gapapa,
setidaknya sekali dalam bulan-bulan yang mbuh ini, saya pernah bertamasya.
Sore
hari saya habiskan menuju ke sebuah sendang. Motor saya ajak menuju ke daerah
pinggiran Kota Jogja, tepatnya di Dusun Sombomerten, Kelurahan Maguwoharjo,
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. Di dusun ini, terdapat sebuah mata air yang
oleh warga setempat dinamai Sendang Sombomerti.
Kalian
akan memulai perjalanan dari lapangan parkir yang cukup luas. Saat itu saya
hanya diminta uang 2 ribu saja untuk parker, maklum, Cuma bawa Honda Vario.
Mungkin akan beda cerita kalau saya bawa Honda Jazz. Oke lanjut. jalan menuju
sendang sangat curam. Beton cor menjadi satu-satunya akses masuk. Sayang, tidak
ada tangga yang landai atau pegangan tangan untuk menahan laju tubuh. Kekuatan
lutut dan otot kaki menjadi satu-satunya cara untuk turun dan naik kembali
dengan selamat.
Tiket
masuk seharga 3 ribu rupiah. Tergolong murah untuk masyarakat berbagai
golongan. Uang tersebut akan masuk ke kas dusun dan dikelola secara swadaya
untuk menghidupi objek wisata dan wwarga sekitar. Sendang tersebut oleh warga
diberi beragam fasilitas mulai dari kolam renang khusus dewasa dan anak-anak,
mushola untuk umat muslim, tempat terapi ikan, kedai makanan dan minuman,
hingga pos penjaga yang berada di tiap sisi sehingga pengunjung bisa berwisata
dengan aman.
Yah,
meskipun tamasya dadakan, setidaknya hari ini saya mendapatkan banyak hal baru.
Bahwa di jogja yang padat, masih ada warga desa yang berusaha mati-matian
menjaga kemurnian sumber mata airnya. Bahwa Ketika banyak yang mengeksploitasi
alam untuk keuntungannya pribadi, ada masyarakat yang memanfaatkan kebaikan
alam untuk menghidupi sesamanya.
Tamasya yang menyenangkan 😊
Sholahuddin Al Ayubi
Yogyakarta, 21 Juni 2021