Indonesia
merupakan negara agraris. Kalimat ini sering kita dengar dimana-mana. Dengan
luas wilayah yang terhampar luas dari ujung timur sampai barat ini membuat
kebanyakan penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Mereka menggantungkan hidupnya dari hasil
pertanian.
Sebagai
negara agraris, tentunya komoditi ekspor utama kita pastilah hasil pertanian.
Kenyataannya tidak seperti itu. Jangankan ekspor, untuk memenuhi kebutuhan
pangan di dalam negeri saja kita musti mengimpor dari negara lain. Sayur-mayur
hingga beras impor memenuhi kios-kios di negara kita. Padahal, negara yang
memasok kebutuhan pangan kita memiliki luas wilayah yang lebih kecil dari kita.
Bagaimana
hal ini bisa terjadi? Lagi-lagi,
keterbelakangan alat pertanian dan mahalnya harga pupuk menjadi kambing hitam.
Kurangnya inovasi dari para petani juga menjadi penyebab kenapa hasil pertanian
kita kalah kualitas dari negara-negara tetangga.
Dari
sekian banyak masalah yang terjadi dalam dunia pertanian Indonesia, kita lupa
akan satu hal penting yang jika kita tidak menjaganya mungkin akan menjadi
bencana yang tak terelakkan, yaitu air. Air sering menjadi persoalan utama
dalam kehidupan sehari-hari. Karena bagaimanapun kelangsungan hidup setiap
makhluk amat berkaitan dengan air yang
dikonsumsi. Maka dari itu ketersediaan air yang ada harus dilindungi dan
dilestarikan.
Indonesia
merupakan negara yang memiliki 2 musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Negara
yang beriklim tropis dan berbentuk kepulauan ini hampir separuh wilayahnya
dikelilingi oleh laut. Dengan wilayah yang terkepung lautan, otomatis kebutuhan
akan air tawar menjadi penting. Sumber air tawar yang sering digunakan adalah
air tanah. Air tanah sering digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
manusia.
Kebutuhan
akan air tanah di Indonesia terhitung tinggi, tercatat perumahan, hotel, hingga
restoran menggunakan air tanah untuk
keperluan sehari-hari. Hal ini tentu membahayakan karena bersaing dengan para
petani yang juga menggunakan air tanah untuk menyirami ladangnya. Padahal, Kita
tidak bisa terus-menerus mengadalkan air tanah karena persediaannya yang
terbatas.
Untuk
mengakali hal tersebut, petani kita memiliki beragam cara untuk mengatasinya.
Para petani memakai kearifan lokal daerahnya masing-masing agar hasil tani
mereka memuaskan. Dalam hal ini, mereka memakai perkiraan musim yang telah
turun-temurun digunakan sejak jaman nenek moyang.
Kebanyakan
petani di Indonesia mengandalkan musim. Di pulau jawa, para petani menggunakan
pranata mangsa untuk mengira-ngira kapan waktu yang tepat untuk memulai masa
tanam. Pranata mangsa sendiri merupakan system tanam yang digali dari kearifan
lokal tiap daerah dengan menghitung masa curah hujan.
Tapi,
yang namanya musim sekarang ini sangat sulit untuk diprediksi. Musim hujan
kadang tak tentu, musim kemarau apalagi. Malah sekarang musim hujan bertukar
masa dengan musim kemarau. Tentu saja ini merubah perkiraaan yang telah ada.
Akibat
musim yang tidak menentu, petani mengalami kerugian yang sangat besar.
Dimana-mana terjadi Gagal panen. Kekeringan dan bencana alam seperti banjir
bandang menjadi penyebab utama terjadinya gagal panen. Hal ini selalu terjadi
berulang kali karena kita tidak mempersiapkan segala sesuatunya untuk menanggulanginya.. Untuk mengantisipasi musim yang tidak
menentu inilah perlu dibuat infrastruktur yang mampu untuk mengatasi
ketersediaan air di tiap wilayah.
Pembuatan
embung menjadi salah satu solusi jitu. Keberadaan embung di daerah-daerah
pertanian yang subur menjadi faktor utama yang menunjang keberlangsungan hidup
tanaman. Apalagi jika embung tersebut dibangun di daerah yang sulit air, bisa menjadi
penyelamat daerah tersebut.
Tidak
perlu mengeluarkan banyak uang untuk membuat embung, cukup sederhana saja. Gali
tanah hingga membentuk cekungan dan melapisinya dengan terpal anti bocor.
Embung yang dibangun untuk menampung air hujan diharapkan mampu menjadi sumber
persediaan air. Idealnya, embung dibangun di tempat yang lebih tinggi dari
lahan pertanian di sekelilingnya. Dengan demikian, pembagian air cukup menggunakan
gaya gravitasi bumi untuk mengairi lahan pertanian.
Saat
semua embung sudah berhasil dibangun. Air hujan akan memenuhi embung dan
membasahi lahan petani dari air yang mengalir turun dari embung yang ada. Lahan
milik para petani pun tidak kekurangan air dan tentu saja, petani tidak usah
menyewa mesin pompa air untuk menyedot air tanah.
Ketika
embung sudah berhasil dibangun, langkah selanjutnya yang tak kalah penting
yaitu irigasi. Irigasi menjadi hal yang penting. Kenapa penting? Karena pengairan
yang lancar berawal dari system irigasi yang baik. Setidaknya, irigasi yang
dibangun mampu untuk membagi laju aliran air agar distribusi air yang masuk ke
lahan-lahan milik petani bisa merata. Irigasi yang baik juga bermanfaat untuk
mengatur aliran air agar tidak membajiri lahan petani dan mampu mengalir sampai
ke hulu.
Kesiapan
infrastruktur harus dibarengi dengan perawatan yang maksimal. Kelemahan bangsa
ini yaitu tidak awetnya infrastruktur yang ada. Perawatan yang berkelanjutan juga
mendukung keberhasilan pertanian. Peran serta masyarakat untuk merawat
infrastruktur yang telah tersedia menjadi kewajiban bersama. Maka ketika itu
semua telah terwujud, pertanian Indonesia mampu menuju ke jenjang yang lebih
baik dari sebelumnya.
Indonesia
pernah berjaya karena pertaniannya. Mimpi Indonesia swasembada pangan bukanlah
angan-angan belaka ketika itu terjadi pada tahun 1980-an. Ketika cadangan
pangan kita terutama beras sangat melimpah bahkan mampu diekspor ke luar
negeri. peristiwa tersebut merupakan prestasi yang membanggakan, namun hal itu
tidak mampu bertahan lama. Hampir dua
dasawarsa lebih kita menunggu mimpi ini terwujud kembali. Swasembada pangan kembali
menjadi hal yang mutlak. Menjadi sebuah keharusan seluruh pihak untuk
bersinergi dan berkomitmen tinggi untuk mencapai itu semua.
Bukan
tidak mungkin dalam waktu dekat hasil pertanian Indonesia mampu menjadi
komoditi unggulan dan disukai di berbagai negara karena kualitasnya yang tidak kalah
bagus. Menjadi sebuah kebanggan tersendiri ketika negara kita mampu menjamin
ketersediaan pangan untuk seluruh umat manusia. Sungguh mulia sekali bukan ? Jayalah taniku,
makmurlah negeriku.
***(AL)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar