Jumat, 02 Desember 2016

BERDAMAI DENGAN HUJAN






Indonesia merupakan negara agraris. Kalimat ini sering kita dengar dimana-mana. Dengan luas wilayah yang terhampar luas dari ujung timur sampai barat ini membuat kebanyakan penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.  Mereka menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian.  


Sebagai negara agraris, tentunya komoditi ekspor utama kita pastilah hasil pertanian. Kenyataannya tidak seperti itu. Jangankan ekspor, untuk memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri saja kita musti mengimpor dari negara lain. Sayur-mayur hingga beras impor memenuhi kios-kios di negara kita. Padahal, negara yang memasok kebutuhan pangan kita memiliki luas wilayah yang lebih kecil dari kita. 

Bagaimana hal  ini bisa terjadi? Lagi-lagi, keterbelakangan alat pertanian dan mahalnya harga pupuk menjadi kambing hitam. Kurangnya inovasi dari para petani juga menjadi penyebab kenapa hasil pertanian kita kalah kualitas dari negara-negara tetangga. 

Dari sekian banyak masalah yang terjadi dalam dunia pertanian Indonesia, kita lupa akan satu hal penting yang jika kita tidak menjaganya mungkin akan menjadi bencana yang tak terelakkan, yaitu air. Air sering menjadi persoalan utama dalam kehidupan sehari-hari. Karena bagaimanapun kelangsungan hidup setiap makhluk  amat berkaitan dengan air yang dikonsumsi. Maka dari itu ketersediaan air yang ada harus dilindungi dan dilestarikan.
 
Indonesia merupakan negara yang memiliki 2 musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Negara yang beriklim tropis dan berbentuk kepulauan ini hampir separuh wilayahnya dikelilingi oleh laut. Dengan wilayah yang terkepung lautan, otomatis kebutuhan akan air tawar menjadi penting. Sumber air tawar yang sering digunakan adalah air tanah. Air tanah sering digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari manusia. 

Kebutuhan akan air tanah di Indonesia terhitung tinggi, tercatat perumahan, hotel, hingga restoran  menggunakan air tanah untuk keperluan sehari-hari. Hal ini tentu membahayakan karena bersaing dengan para petani yang juga menggunakan air tanah untuk menyirami ladangnya. Padahal, Kita tidak bisa terus-menerus mengadalkan air tanah karena persediaannya yang terbatas. 

Untuk mengakali hal tersebut, petani kita memiliki beragam cara untuk mengatasinya. Para petani memakai kearifan lokal daerahnya masing-masing agar hasil tani mereka memuaskan. Dalam hal ini, mereka memakai perkiraan musim yang telah turun-temurun digunakan sejak jaman nenek moyang. 

Kebanyakan petani di Indonesia mengandalkan musim. Di pulau jawa, para petani menggunakan pranata mangsa untuk mengira-ngira kapan waktu yang tepat untuk memulai masa tanam. Pranata mangsa sendiri merupakan system tanam yang digali dari kearifan lokal tiap daerah dengan menghitung masa curah hujan.

Tapi, yang namanya musim sekarang ini sangat sulit untuk diprediksi. Musim hujan kadang tak tentu, musim kemarau apalagi. Malah sekarang musim hujan bertukar masa dengan musim kemarau. Tentu saja ini merubah perkiraaan yang telah ada.

Akibat musim yang tidak menentu, petani mengalami kerugian yang sangat besar. Dimana-mana terjadi Gagal panen. Kekeringan dan bencana alam seperti banjir bandang menjadi penyebab utama terjadinya gagal panen. Hal ini selalu terjadi berulang kali karena kita tidak mempersiapkan segala sesuatunya untuk menanggulanginya.. Untuk mengantisipasi musim yang tidak menentu inilah perlu dibuat infrastruktur yang mampu untuk mengatasi ketersediaan air di tiap wilayah.

Pembuatan embung menjadi salah satu solusi jitu. Keberadaan embung di daerah-daerah pertanian yang subur menjadi faktor utama yang menunjang keberlangsungan hidup tanaman. Apalagi jika embung tersebut dibangun di daerah yang sulit air, bisa menjadi penyelamat daerah tersebut.

Tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk membuat embung, cukup sederhana saja. Gali tanah hingga membentuk cekungan dan melapisinya dengan terpal anti bocor. Embung yang dibangun untuk menampung air hujan diharapkan mampu menjadi sumber persediaan air. Idealnya, embung dibangun di tempat yang lebih tinggi dari lahan pertanian di sekelilingnya. Dengan demikian, pembagian air cukup menggunakan gaya gravitasi bumi untuk mengairi lahan pertanian. 

Saat semua embung sudah berhasil dibangun. Air hujan akan memenuhi embung dan membasahi lahan petani dari air yang mengalir turun dari embung yang ada. Lahan milik para petani pun tidak kekurangan air dan tentu saja, petani tidak usah menyewa mesin pompa air untuk menyedot air tanah. 

Ketika embung sudah berhasil dibangun, langkah selanjutnya yang tak kalah penting yaitu irigasi. Irigasi menjadi hal yang penting. Kenapa penting? Karena pengairan yang lancar berawal dari system irigasi yang baik. Setidaknya, irigasi yang dibangun mampu untuk membagi laju aliran air agar distribusi air yang masuk ke lahan-lahan milik petani bisa merata. Irigasi yang baik juga bermanfaat untuk mengatur aliran air agar tidak membajiri lahan petani dan mampu mengalir sampai ke hulu.

Kesiapan infrastruktur harus dibarengi dengan perawatan yang maksimal. Kelemahan bangsa ini yaitu tidak awetnya infrastruktur yang ada. Perawatan yang berkelanjutan juga mendukung keberhasilan pertanian. Peran serta masyarakat untuk merawat infrastruktur yang telah tersedia menjadi kewajiban bersama. Maka ketika itu semua telah terwujud, pertanian Indonesia mampu menuju ke jenjang yang lebih baik dari sebelumnya.

Indonesia pernah berjaya karena pertaniannya. Mimpi Indonesia swasembada pangan bukanlah angan-angan belaka ketika itu terjadi pada tahun 1980-an. Ketika cadangan pangan kita terutama beras sangat melimpah bahkan mampu diekspor ke luar negeri. peristiwa tersebut merupakan prestasi yang membanggakan, namun hal itu tidak mampu bertahan lama.  Hampir dua dasawarsa lebih kita menunggu mimpi ini terwujud kembali. Swasembada pangan kembali menjadi hal yang mutlak. Menjadi sebuah keharusan seluruh pihak untuk bersinergi dan berkomitmen tinggi untuk mencapai itu semua. 

            Bukan tidak mungkin dalam waktu dekat hasil pertanian Indonesia mampu menjadi komoditi unggulan dan disukai di berbagai negara karena kualitasnya yang tidak kalah bagus. Menjadi sebuah kebanggan tersendiri ketika negara kita mampu menjamin ketersediaan pangan untuk seluruh umat manusia.  Sungguh mulia sekali bukan ? Jayalah taniku, makmurlah negeriku.

***(AL)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar