Saat
itu cuaca mendung. Angin malam yang bertiup dari daratan akibat tingginya
tekanan di darat terasa lembab ketika tubuh ini tiba di daerah klebengan. Cuaca
yang berawan disertai cipratan air dari atas malah mengundang tanya kenapa kami
nekat keluar untuk makan malam sedangkan di jok motor tidak ada mantel hujan.
Sebabnya,
Dua Insan yang kelaparan itu sudah saling
berjanji untuk mengadakan santap makan. Janji yang terjalin tersebut membuat
mereka menembus gelapnya malam menuju rumah makan yang disepakati. Dua insan
itu pergi menuju ke SBC untuk meredakan gemuruh dalam perutnya.
Saiful,
Bambang, dan Catur, tempat itulah yang
kami tuju. Rumah Makan yang biasa disingkat SBC ini berada di daerah Gayamsari,
bersebelahan dengan Burjo “pergerakan” Samiasih. Warung makan yang mengambil
tempat di sebuah rumah kontrakan yang sudah dimodifikasi ini berada di jakal KM
4.5 dengan nomor rumah E7.
SBC
memiliki tagline Spesial Cah Kangkung. Nyatanya, Menu yang disajikan di SBC
beragam. Mulai dari makanan laut hingga makanan darat tersedia. Tentu saja, cah
kangkung sebagai komoditi utamanya tetap dijadikan andalan. Cah kangkung yang
disajikan tidak sendirian, cah kangkung ini juga memiliki variasi. Setiap menu
makanan yang diberikan kepada pelanggan disajikan berduaan berdampingan
dengan cah kangkung dalam satu piring makanan yang dipesan. Maka tidak heran
apabila SBC dijuluki special cah kangkung karena alasan diatas.
Hindangan
tiba. Sepiring cumi dan segelas air panas tersaji di hadapanku. Pun dengan
teman makan saya yang akan menyantap udang tepung kesukaannya. Tentu saja, cah
kangkung yang menjadi andalan SBC menemani piring kami berdua. Tempatnya yang
bersih dan full music membuat kami yang duduk disana bisa bersantap dengan
nyaman. Lampu yang bersinar terang membuat para pelanggan yang duduk berbincang
disana bisa melihat ekspresi lawan bicaranya secara jelas.
Disela-sela
makan, teman makan saya nyeletuk, bahwa tepat di belakang saya ada tempat duduk
khusus untuk aku. Awalnya, diri ini tidak sadar apa maksudnya, tapi ketika
menoleh kebelakang otak saya yang lambat akademik langsung berpikir cepat dan menemukan satu
kata yang tepat untuk menggambarkan diri ini: JOMBLO.
Ya,
Tempat duduk tersebut benar-benar sendirian. Hanya ada satu meja kecil dan satu
kursi saja. Tempat duduk tersebut tidak terletak di sudut ruangan seperti yang
teman-teman bayangkan. Tempat duduk tersebut terletak di tengah ruang agak di
belakang. Pengunjung yang datang akan dengan mudah melihat tempat duduk
tersebut. Di saat pengunjung lain makan berhadap-hadapan, maka si pengunjung
yang memilih tempat duduk jomblo itu akan berhadap-hadapan langsung dengan
tembok.
Tempat
duduk tersebut hanya ada satu. Maka beruntunglah ia yang jomblo lagi belum
memiliki pasangan bersantap makan disana. Kursi Jomblo yang terdapat di sana
membuat para jomblo di kalangan mahasiswa merasakan nikmatnya makan sendirian
sambil mengerjakan tugas, atau merenungi
hidup jika mau. Makanan yang tersedia
tidak terlalu asin, tanda sang jomblo tidak perlu terburu-buru menikah agar
bisa menikmati lezatnya masakan khas SBC. Benar-benar tempat yang menyenangkan
untuk sang jomblo.
Yogyakarta, 4 Maret 2018
AlMubarockal
dengan diiringi lagu your call nya Secondhand Serenade.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar